Minggu, 07 Agustus 2011

JAMAIS V - Jambore Anak Islam 2011





 JAMAIS V diadakan pada Sabtu-Ahad, 2-3 Juli 2011 bertrmpat di lapangan SGO Ngoresan. Untuk tahun ini peserta ada 38 regu (putra dan putri) yang berasal dari 22 TPA di kecamatan Jebres dan ada juga yang dari luar Solo.
Kegiatan JAMAIS V merupakan perkemahan untuk santri TPA yang didalamnya banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan. Ada bermacam perlombaan disana, seperti lomba sholat berjamaah, tahfidzul quran, pildacil, cerdas cermat, kreasi barang bekas, menghias makanan, dan yang sangant seru adalah lomba estafet kostum. Selain itu pada malam hari juga diisi dengan malam api unggun dan kreativitas seni dari peserta, untuk pagi harinya out bond keliling kampung yang sempat membuat peserta kebingungan mencari route.
untuk juara pada JAMAIS V adalah:
1. TPA Nurul Huda Kaplingan
2. TPA Ichwanussalim Pucang sawit
3. TPA Arrahman Kandang Sapi







4. Nurul Ikhwan Kampung Sewu

Selamat untuk para juara...! Yang belum juara jangan patah semangat Insyaalloh tahun depan masih ada JAMAIS VI. bBuat panitia syukron jazakumullah atas kerja kerasnya, hanya Allah yang akan membalas tetesan keringat, darah dan airmata antum semua.






Koleksi foto selengkapnya bisa dilihat di akun Facebook Jilul Mumtaz.

Mengenal Keindahan Al-Asmaul Husna

Oleh: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni

Berbicara tentang keindahan al-Asma-ul husna (nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah) berarti membicarakan suatu kemahaindahan yang sempurna dan di atas semua keindahan yang mampu digambarkan oleh akal pikiran manusia.

Betapa tidak, Allah Ta’ala adalah zat maha indah dan sempurna dalam semua nama dan sifat-Nya, yang karena kemahaindahan dan kemahasempurnaan inilah maka tidak ada seorang makhlukpun yang mampu membatasi pujian dan sanjungan yang pantas bagi kemuliaan-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sebuah doa beliau yang terkenal:

لا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَما أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Aku tidak mampu menghitung/membatasi pujian/sanjungan terhadap-Mu, Engkau adalah sebagaimana (pujian dan sanjungan) yang Engkau peruntukkan bagi diri-Mu[1]

Maka sebagaimana kesempurnaan sifat-sifat-Nya yang tidak terbatas, demikian pula pujian dan sanjungan bagi-Nya tidak terbatas, karena pujian dan sanjungan itu sesuai dengan zat yang dipuji. Oleh karena itu, semua pujian dan sanjungan yang ditujukan kepada-Nya bagaimanapun banyaknya, panjang lafazhnya dan disampaikan dengan penuh kesungguhan, maka kemuliaan Allah Ta’ala lebih agung (dari pujian dan sanjungan tersebut), kekuasaan-Nya lebih mulia, sifat-sifat kesempurnaan-Nya lebih besar dan banyak, serta karunia dan kebaikan-Nya (kepada makhluk-Nya) lebih luas dan sempurna[2]

Sebagaimana Allah Ta’ala menegaskan dalam al-Qur’an bahwa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mampu mambatasi dan menuliskan dengan tuntas semua bentuk keagungan dan keindahan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, bagaimanapun besar dan luasnya makhluk tersebut.

Allah Ta’ala berfirman,
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا}
Katakanlah: Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS al-Kahfi:109).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman,
{وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيم}
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Luqmaan:27).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala berfirman memberitakan tentang keagungan, kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta nama-nama-Nya yang maha indah, sifat-sifat-Nya yang maha tinggi dan kalimat-kalimat-Nya yang maha sempurna, yang tidak mampu diliputi oleh siapapun (dari makhluk-Nya), serta tidak ada seorang pun yang mengetahui hakekat dan mampu membatasi/menghitungnya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam … kemudian Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan hadits di atas … Arti ayat ini: Seandainya semua pohon (yang ada di) bumi dijadikan pena dan lautan (di bumi) dijadikan tinta dan ditambahkan lagi tujuh lautan (yang seperti itu) bersamanya, untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah yang menunjukkan keagungan dan kemuliaan-Nya, serta (kesempurnaan) sifat-sifat-Nya, maka (niscaya) akan hancur pena-pena tersebut dan habis air lautan (tinta) tersebut (sedangkan kalimat-kalimat keagungan dan kemuliaan-Nya tidak akan habis)”[3]

Arti ‘kemahaindahan’ dalam al-Asma-ul Husna

Allah Ta’ala berfirman,

{وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
Hanya milik Allah-lah asma-ul husna (nama-nama yang maha indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran) dalam (menyebut dan memahami) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan” (QS al-A’raaf:180).
Arti “al-Husna” (maha indah) dalam ayat ini adalah yang kemahaindahannya mencapai puncak kesempurnaan, karena nama-nama tersebut mengandung sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada padanya celaan/kekurangan sedikitpun dari semua sisi[4]

Misalnya: nama Allah Ta’alaal-Hayyu” (Yang Maha Hidup), nama ini mengandung sifat kesempurnaan hidup yang tidak berpermulaan dan tidak akan berakhir. Sifat hidup yang sempurna ini mengandung konsekwensi kesempurnaan sifat-sifat lainnya, seperti al-‘ilmu (maha mengetahui), al-qudrah (maha kuasa/mampu), as-sam’u (maha mendengar) dan al-basharu (maha melihat).

Allah Ta’ala berfirman,
{وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لا يَمُوتُ}
Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Hidup (Kekal) dan tidak akan mati” (QS al-Furqaan: 58).
Demikian pula nama Allah Ta’alaal-‘Aliimu” (Yang Maha Mengetahui), nama ini mengandung sifat kesempurnaan ilmu (pengetahuan) yang tidak didahului dengan kebodohan dan tidak akan diliputi kelupaan sedikitpun, sebagaimana firman-Nya:
{قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ لا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسَى}
Musa berkata: “Pengetahuan tentang itu ada di sisi Rabbku di dalam sebuah kitab, Rabbku (Allah Ta’ala) tidak akan salah dan tidak (pula) lupa” (QS Thaahaa: 52).
Pengetahuan-Nya maha luas dan meliputi segala sesuatu secara garis besar maupun terperinci, sebagaimana firman-Nya:
{وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS al-An’aam: 59).
Juga nama-Nya “ar-Rahmaan” (Yang Maha Penyayang), nama ini mengandung sifat rahmat (kasih sayang) yang maha luas dan sempurna, sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya[5] [6]

Segi-segi ‘kemahaindahan’ dalam al-Asma-ul husna

Hal ini diterangkan oleh imam Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di rahimahullah,[7] dan kami akan bawakan keterangan beliau di sini beserta keterangan tambahan dari para ulama lainnya.

1. Termasuk segi yang menunjukkan kemahaindahan al-Asma-ul husna adalah karena semuanya mengandung pujian bagi Allah Ta’ala, tidak ada satupun dari nama-nama tersebut yang tidak mengandung pujian dan sanjungan bagi-Nya.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Sesungguhnya nama-nama Allah seluruhnya maha indah , tidak ada sama sekali satu namapun yang tidak (menunjukkan) kemahaindahan. Telah berlalu penjelasan bahwa di antara nama-nama-Nya ada yang dimutlakkan (ditetapkan) bagi-Nya ditinjau dari perbuatan-Nya, seperti ‘al-Khaaliq’ (Maha Pencipta), ‘ar-Razzaaq’ (Maha Pemberi rezki), ‘al-Muhyii’ (Maha menghidupkan) dan ‘al-Mumiit’ (Maha Mematikan), ini menunjukkan bahwa semua perbuatan-Nya adalah kebaikan semata-mata dan tidak ada keburukan sama sekali padanya…”[8]

2. Termasuk segi yang menunjukkan kemahaindahan al-Asma-ul husna adalah karena semua nama tersebut bukanlah sekedar nama semata, tapi juga mengandung sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala. Maka nama-nama tersebut semuanya menunjukkan zat Allah Ta’ala, dan masing-masingnya mengandung sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya[9]

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Sesungguhnya nama-nama Allah yang maha indah adalah a’laam (nama-nama yang menunjukkan zat Allah Ta’ala) dan (sekaligus) aushaaf (sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala yang dikandung nama-nama tersebut). Sifat-Nya tidak bertentangan dengan nama-Nya, berbeda dengan sifat makhluk-Nya yang (kebanyakan) bertentangan dengan nama mereka…”.[10]

3. Termasuk segi yang menunjukkan kemahaindahan al-Asma-ul husna adalah karena semua nama tersebut menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan dan bagi-Nya dari semua sifat yang paling sempurna, paling luas dan paling agung.

Allah Ta’ala berfirman,
{لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم}
Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS an-Nahl :60).
Artinya: Allah Ta’ala mempunyai sifat kesempurnaan yang mutlak (tidak terbatas) dari semua segi.[11]

4. Termasuk segi yang menunjukkan kemahaindahan al-Asma-ul husna adalah karena Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya dengan nama-nama tersebut dan itu merupakan sarana utama untuk mendekatkan diri kepada-Nya, karena Allah Ta’ala mencintai nama-nama-Nya, dan Dia mencintai orang yang mencintai nama-nama tersebut, serta orang yang menghafalnya, mendalami kandungan maknanya dan beribadah kepada-Nya dengan konsekwensi yang dikandung nama-nama tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
{وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا}
Hanya milik Allah-lah asma-ul husna (nama-nama yang maha indah), maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama itu” (QS al-A’raaf:180).
Yang dimaksud dengan berdoa dalam ayat ini adalah mencakup dua jenis doa, yaitu doa permintaan dan permohonan, serta doa ibadah dan sanjungan.[12]

Doa permohonan adalah dengan menyebutkan nama Allah Ta’ala yang sesuai dengan permintaan yang kita sampaikan kepada-Nya. Contohnya: kita berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah al-Gafuur (Maha Pengampun) dan ar-Rahiim (Maha Penyayang)”. “Ya Allah, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau adalah at-Tawwaab (Maha Penerima taubat)”. “Ya Allah, limpahkanlah rezki yang halal kepadaku, sesungguhnya Engkau adalah ar-Razzaaq (Maha Pemberi rezki)”.
Adapun doa ibadah adalah dengan kita beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai dengan kandungan nama-nama-Nya yang maha indah. Maka kita bertaubat kepada-Nya karena kita mengetahui bahwa dia adalah at-Tawwaab (Maha Penerima taubat), kita berzikir kepada-Nya dengan lisan kita karena kita mengetahui bahwa dia adalah as-Samii’ (Maha Mendengar), kita melakukan amal shaleh dengan anggota badan kita karena mengetahui bahwa dia adalah al-Bashiir (Maha Melihat), dan demikian seterusnya.[13]

Penutup

Demikianlah penjelasan singkat tentang keindahan al-Asma-ul husna, dan tentu saja hakikat keindahannya jauh di atas apa yang mampu di gambarkan oleh manusia.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin untuk membantu mereka memahami keindahan dan kesempurnaan nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, yang dengan itulah mereka bisa mewujudkan peribadatan kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, karena landasan utama ibadah, yaitu kecintaan kepada-Nya, tidak akan bisa dicapai kecuali dengan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan baik dan benar.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya maka dia pasti akan mencintai-Nya”[14]

Akhirnya, kami tutup tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memahami dan mengamalkan kandungan dari sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

[1]HSR Muslim (no. 486)
[2]Keterangan imam an-Nawawi rahimahullah dalam “Syarhu shahiihi Muslim” (4/204).
[3]Tafsir Ibnu Katsir (3/596).
[4]Lihat kitab “al-Qawaa’idul mutsla” (hal. 21).
[5]HSR al-Bukhari (5653) dan Muslim (2754).
[6]Lihat kitab “al-Qawaa’idul mutsla” (hal. 21-22)
[7]Dalam kitab beliau “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 502)
[8]Kitab “Badaa-i’ul fawaa-id (1/171)
[9]Lihat kitab “al-Qawaa’idul mutsla” (hal. 24)
[10]Kitab “Badaa-i’ul fawaa-id (1/170)
[11]Lihat “Tafsir Ibnu Katsir” (2/756)
[12]Lihat kitab “Badaa-i’ul fawaa-id (1/172) dan “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 180).
[13]Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 180) dan “al-Qawaa-‘idul mutsla” (hal. 17-18)
[14]Kitab “Madaarijus saalikin” (3/17)

Dia Adalah Pahlawan Kita

BUKU IQRO', Karya Besar K.H. As'ad Humam Rahimahullah
Kurun waktu 14 tahun  tidak terasa telah terlewati untuk mengingat kembali bapak penemu metode praktis membaca Al-Qur’an. Dimana karya besanya tidak hanya menjadi aset nasional, malah menjadi asset  negara-negara jiran, bahkan sampai ke Eropa dan belahan dunia lainnya.




Karya yang fenomenal itu tentu menjadi cambuk bagi generasi Qur’ani, khususnya para Sarjana praktisi Ilmu Al-Qur’an dan para da’i/ustadz serta  intelektual muslim, apalagi para “petualang politik Islam”  yang terkadang lebih suka mencari identitas Islam secara tematik belaka dengan tujuan komersial. Seberapa besar kita telah memeberikan konstribusi terhadap bangsa khususnya lingkungan masyaakat tempat tinggal kita dalam meningkatkan pemberdayaan anak dan cucu di masa sekarang dan di masa yan akan datang dalam hal membaca Al-Qur’an?

Tentu dimulai dari yang sederhana, berantas  dulu buta huruf Al-Qur’an. Dimana anak secara gradual bisa membaca Al-Qur’an dengan fasikh dan mengenal huruf serta barisnya. Lalu ditingkatkan pada kemampuan menerjemahkan kata perkata dan ayat perayat. Setelah itu baru ke penguasaan tafsir untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada kelebihan dan kekurangan dari metode Iqro karya besa KH. As’ad Humam. Kelebihannya, anak setelah belajar dengan metode Iqro  dapat lebh cepat membaca lafadz perlafadz, lalu ayat per ayat. Namun ada PR bagi para ustadz/ustadza,  bagaimana meminimalisir tingkat verbalistik anak (ia cakap membaca, namun masih banyak yang  tidak mengenal huruf)?

Demikian juga menjadi PR bagi para ulama dan intelek muslim, masih banyak pula umat yang begitu semangat menukil ayat-ayat tertentu untuk memback-upi kepentingannya, padahal bacaan dia masih blepotan, sedangkan retorika membahas suatu masalah begitu latah dengan dasar ayat-ayat Al-Qur’an yang hanya kutipan-kutipan kecil bahkan hanya berupa terjemah.

Sosok

Pria yang lahir tahun 1933 yang cacat fisik sejak remaja ini ternyata  sebagai penemu Metode Iqro yang menghebohkan banyak kalangan. Banyak para penguji  mencoba  mengadakan pengujian terhadap keakuratan  metode ini. Ternyata karena selain sererhana dengan metode iqro sangat mudah mempelajari Al-Qur’an.

Bagi kebanyakan umat Islam Indonesia, nama K.H. As’ad Humam sudah tidak asing lagi karena karyanya berupa metode praktis membaca Al-Qur’an serta lembaga pendidikan TKA (Taman Kanak-kanak Alqur’an) dan TPA (Taman Pendidikan AlQur’an) telah menyebar keseluruh Indonesia, ke Malaysia dan mancanegara lainnya. Bahkan di Malaysia metode Iqro ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.

Sebelum K.H. As’ad Humam meluncurkan metode Iqro’ memang sudah ada metode membaca Al-Qur’an yang dimanfaatkan oleh umat islam Indonesia antara lain dalam metode Juz Amma, methode  Al-Banjary, methode Al-Barqy dan banyak methode lainnya.  K.H. As’ad Humam dalam menyusun karyanya ini juga berdasarkan metode yang saudah ada sebelumnya. Tetapi begitu metode Iqro  muncul, sekitar tahun 1988 langsung mendapat sambutan hangat masyarakat. Sebab metode yang digunakan juga praktis dan membuat anak kecil bisa cepat menbaca Al-Qur’an dengan fasih dan tartil, padahal sebelumnya anak-anak seusia TK umumnya belum bisa membaca Al-Qur’an.


Metode Iqro -Go Publik

Dari waktu kewaktu metode Iqro semakin memasyarakat. Bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkannya, tetapi merembet masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar YID, bahkan akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para anak buahnya di sekretariat Team Tadarus AMM Kota Gede, yang merupakan markas dan cikal bakal TKA/TPA sebagai realisasi pengajaran metode Iqro terhadap masyarakat yang datang dan ingin memanfaatkan  metode ini.

“Siapa yang ingin memanfaatkan metode ini kita layani dengan baik sebelumnya mereka kita jelaskan atau istilah menterengnya kita tatar, mengenai penggunaan metode ini sekaligus mengenai manajemen yang harus diperhatiakn dalam pengelolaan TKA/TPA. Setelah peneataran kita anggap cukup, orang yang datang kita beri buku Iqro'  untuk diamalkan didaerahnya  kata K.H. As’ad Humam kepada Panjimas pada suatu saat sambil menambahkan yang datang kesini untuk turut mengembangkan metodenya di seliruh Indonesia, termasuh mahasiswa.

Tak mengherankan kalu metode iqro berkembang pesat. Sampai saat ini (data penulis tahun 2007) tercatat 30 ribu TKA/ TPA. Dengan santri mencapai 6 juta lebih menerapkan metode ini. Bulan Juli tahun  1995  Presiden Soeharto mewisuda ribuan santri TKA/TPA. Wakil persiden juga melakukan hal yang serupa di Yogya dalam berbagai even misalnya MTQ juga acap menampilkan santri TKA yang mendemonstrasikan kemampuan mereka membaca Al-Qur’an.

Metode Iqro memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga telah menganugrahkan  penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (waktu H Munawir Sjadzali MA. Menjadikan TKA /TPA yang didiriakn K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balaii litbang LPTQ Nasional, yang berfungsi sebagai Balai Latihan dan pengembangan dan lembaga pengembangan Tilawatil Qur’an.

Mengenang Sejarah

Meski K.H. As’ad Humam sudah tiada namun karya nyata dan hasil rintisannya masih ada. Sampai kapanpun diharapkan  tetep langgeng abadi, bahkan semakin berkemban. Seoga ini merupakan salahsatu amal jariyahnya  yang buaknya akan dipetik diakhir nanti.

Pada awal Februari  tahun 1996 dalam usia 63 tahun  sang penemu metode ini  K.H. As’ad Humam  telah dipanggil Allah SWT. Dan menghembuskan nafas terakhirnya  di Bulan Suci Ramadhan hari Jum’at(2/2) sekitar Pukul 11:30 memang, dimana sejak 14 Desember tahun l1995  ia  telah sakit dan pernah diopname di Rumahsakit Muhammadiyah Yogyakarta sekitar 2 bulan.  Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di mesjid Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi.

Pada saat pelepasan menuju tempat peristirahatan terakhir jenazah bapak 6 anak dan kakek 10 benar-benar dikenang masyarakat luas baik masyarakat Indonesia maupun mancanegara.  Hal ini terbukti pada sambutan Menteri Agama RI yang saat itu Dr. H. Tarmizi Taher  yang dibacakan Kakanwil Daerah Istimewa Yogyakarta Muhda Hadisaputro SH pada  saat upacara pemakaman. Ia menjelaskan dalam pidatonya bahwa  Hasil karya K.H. As’ad Humam benar-benar sudah go internasional. Lebih lanjut oleh Menag  RI dijelaskan Metode Iqro selain sudah diterapkan di beberapa negara tetangga, semacam Malaysia, Singapura dan Brunai Darusalam.juga sudah diterjemaahkan kedalam berbagai bahasa, bahkan dilakukan penjagaan penggunaannya oleh kalangan muslimin di Amerika Serikat.

Menurut Meneg, K.H. As’ad Humam yang hanya lulusan kelas 2 MadrasahMualimin Muhammadiyah Yogyakarta (Setinggi SMP)  ini juga bisa disebut “pahlawan”, yakni pahlawan penjaga kelestarian Al-Qur’an dan pahlawan yang telah membebaskan jutaan anak Indonesia dari buta Al-Qur’an. “Berkat hasil karyanya ini jutaan anak muslim Indonesia dengan mudah mempelajari Al-Qur;an.

Oleh karenanya, bapak penemu metode baca Al-Qur’an yang cukup cemerlang ini, mari kita kirimi do’a semoga mendapatkan Jannatun Naim, dan karyanya bermanfaat sepanjang masa.

Mukadimah


Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillahirobbil 'aalamiin. Hamdan katsiiron thoyyiban mubaarokan fiihi. Kamaa yuhibbu robbunaa wa yardhoo.

Wassalaamu 'alaa nabiyyil kariim wa 'alaa aalihii wa ash-haabihii wa man tabi'ahum bi-ihsaanin ilaa yaumiddiin.

Wa ba'du.

Al Qur'an